Tidak jarang kulit ini dianggap kurang halus, cerah, dan bermerk,
untuk izin orang tua mereka dalam siapa yang berhak dijadikan teman.
Jadi buat apa diri ini menulis tentang imlek,
jika sungguh aku tidak peduli
dan sudah biasa ditelantarkan oleh sahabat yang merayakan.
Jika diri ini seharian belum tidur dijalan pulang melewati imigrasi China yang kurang sopan,
dan yang ada bukannya ide melainkan belek yang terbuang
seperti memori akan sakit hati yang ia mungkin tak rasakan.
Bagai angkot tak berkenek dan resepsi tak berhidangan, bagai ketek tak bertangan, mesin ketik tanpa calon sastrawan; bagaimana diri ini menulis tentang imlek yang berkesan jika mata susah melek dan yang ada hanya kekesalan?
Ya jadi jelek sih kalo dipaksakan...
Tapi nyatanya puisi ini pun mandiri, mengalir terus dengan sendiri, dengan malu berlabuh dan mengaku kepada sungai SARA dan Iri — Sudahlah Mar, lepaskan sajalah ini!
Nyatanya masih banyak sahabat lain yang dengan santainya melihat kearah kiri, dan menerima diriku apa adanya lengkap dengan semua pertanyaan bodohku sesabar SIRI.
Bulan sudah dipetik menjadi kue yang sedang duduk manis ditengah membaranya api.
Merah meriah berkoar seperti mereka yang berjejer merona mirip amplop angpao yang dinanti.
Kembangnya yang mekar dan layu bersamaan tak bisa direka kembali... habis nasibnya dilangit untuk sekedar menghiasi.
....Yah, jadinya harus beli lagi.
Ini perayaan akan semua yang hanya sementara,
Mereka datang, akrab berbincang, makan senang, minum goyang, kemudian berbaris pulang.
Menjadi sahabat demi sahabat yang sedari TKpun selalu terganti.
Berputar, jungkir balik penuh semangat bagai barongsai yang setelah itu kabur jatuh terengah-engah dibalik sepi.
Terbit bagai matahari tahun baru yang membutakan berkah tanpa pamrih kemudian sadar bahwa penonton tertidur malas dan memilih untuk bersembunyi.
“Dasar anjing tanah!” adalah kutukan tersering ibuku disaat marah.
Tepat untuk kamu dan tahun menahun penuh rintangan ini, sahabat,
Tetapi dengan puisi ini olehmu perayaan Imlekku tak lagi ternodai.
Karena anjingpun setia, hadir untuk disayang dan perlahan melipir untuk dikenang.
Dan semoga dengan kehangatan dan cerianya, tahun anjing kita kali ini membawa tenang.
Happy Chinese New Year!
(Puisi ini ditulis sesuka hati di tengah hiruk pikuk bandara Hong Kong, 16 Februari 2016.)