Opening Song:
// Si kancil anak nakal suka mencuri timun
Ayo lekas diburu jangan diberi ampun
Si Malin anak durhaka terkutuk jadi Batu
Tapi siapa yang salah? Dirinya atau Ibu
Pak Tani, Oh Ibunda,
Moralku dan dirimu toh gak sama…
Si Kancil tak kenal uang
Dan Mungkin Malin merantau karena dikekang //
----
Mau dijuluki apalagi?
Semua orang kalian beri kotak dan label bagai kaleng sup.
Untuk menurut itu mengurung lihainya lumba-lumba dan sangarnya singa di hula hoop.
Loncat! Seimut kelinci? bagai Kurusnya ballerina? Mungkin korbankan diriku saja ke jurang...
Semua alur cerita dan perintah yang tertulis untuk perempuan menghalangiku untuk hidup.
Mulai dari dongeng tidurku, riak karya eraku, hingga lagi-lagi toko kopi terbaru di Jakarta,
Bosan. Ada dahaga percintaan yang disangka indahnya telaga di setiap kata terhirup.
Aku tahu aku raksasa.
Terlalu perkasa untuknya.
Dikelilingi peri-peri yang berdengung mendikte apa yang seharusnya kita miliki.
Dari taburan hati sekitar selfie, sekawanan bergelombang sutra bergengsi,
dan sayapnya yang di adu entah LV atau Gucci kali ini.
Suara yang di padu mereka alunan moral nan merdu untuk paduka Ratu.
Itu ditiru. “Tidak ada tempat untuk suara nyaring sepertimu!” Ujarnya.
Aku tahu aku monyet.
Bersihkan kakimu, Ratu, injak saja namaku terus bagai keset.
Mungkin licik walau mereka lincah, entah manusia apa binatang, gagah jelek tak rupawan.
Sedari lahir itu doa di dalam namaku agar setia kawan.
Bukan untuk sekedar kecantikan ataupun seorang pangeran.
Atas nama Hanoman yang mengira matahari itu buah dan mati memetiknya dengan penasaran.
Tanpa meminta, sepertinya aku berekor prasasti, pasukan, & puluhan yang butuh perlindungan.
Aku tahu aku setan.
Dominan. Berubah-ubah wujud bagai siluman.
Bisa pada telapak laki, kaki, yang entah melawan atau membutakan.
Bagai derasnya sungai yang tak lagi bisa dipercaya
Tetapi bukankah itu yang diharapkan dari kami wanita?
Untuk terus membumbui aksara ceritamu saja
Menyelip di setiap celah
Jujur aku kecewa
Perawakanku terus yang disalahkan
Apalagi sekarang?
Di dalam peran jahat
Yang bagai Siwa meleburkan
Untuk mencipta
...
Aku sudah terlanjur nyaman.
UNMASKED 'Vernacular'
November 28th 2019
Thursday, 28 November 2019
Thursday, 10 October 2019
I'm your banana split.
Of thinking out loud in a crowd of the hammering whispers slamming my head.
Of going along each knobs and screws this potluck of personalities may bring.
Of keeping up with their seasons and episodes of bitching, glitching, and switching.
Of housing a monstrous rage that is triggered by every punctuation and dotted line sown.
Of moods swinging through hoops and running too fast in a race my head creates on its own.
Of assuming myself an almighty Arthropodous lord,
welcoming all unfortunate souls to later feel alone.
I’ve asked for hugs but I’m sharp all over, humming Christmas carols to ground a sanity that hovers.
Labels are for canned soup, for objects, and I don’t like talking about it.
Bipolar bitch, loony schiz, all in all, ration with me, I’m your banana split.
Sprinkled nuts, dressed up klutz, I’m a platter of your favorite flavors.
A dessert that mirrors your orders, soft & sweet for your first impression.
But in the hours you leave me be, I meltdown to a distort of colors.
A manic delusion spiraling hand in hand with your pitiful depression.
Hyperventilating in yet another toilet stall, cornered hall, and blanket ball wrapped.
I’ve asked for hugs but I’ve warned you that loving me is a sticky mess best not kept.
——
10th October 2019
World Mental Health Day
Subscribe to:
Comments (Atom)
